Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi
serta perilaku konsumen memanfaatkan media internet di Indonesia semakin lama
semakin meningkat setiap harinya. Hal ini karena perkembangan teknologi
internet sendiri yang telah dapat dan mudah diakses kapan dan di mana saja.
Atas dasar demikian, banyak sekali fungsi internet yang dahulunya hanya
dimanfaatkan secara dominan sebagai sarana mencari informasi, sekarang internet
sudah memiliki fungsi luas, diantaranya internet dipergunakan untuk berhubungan
secara sosial, sarana jual beli, forum diskusi, berbagi data, dan masih banyak
lagi, bahkan hampir semua kegiatan di dunia nyata dapat dilakukan atau
berhubungan dengan dunia maya atau internet.
Demikian juga dengan perusahaan,
instansi pemerintahan, individu, maupun kelompok, mereka menggunakan internet
untuk membentuk citra, menyelesaikan masalah, mengatur kegiatan, menjalin
hubungan dengan orang atau relasi lainnya, mempromosikan atau mengumumkan
sebuah berita, dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan beberapa kegiatan
yang lazim dilakukan oleh seorang Public Relation atau biasa disingkat dengan
PR. PR pada masa dahulu umumnya melakukan kegiatan PR secara konvensional. Pada
era globalisasi sekarang ini PR semakin mengikuti perkembangan zaman, internet
menjadi sarana pilihan efektif bagi praktisi PR untuk melakukan kegiatannya.
Kegiatan PR menemukan kembali standar dan metodologi untuk melindungi,
mengelola, dan memelihara aset paling berharga, yaitu citra atau image yang
akan meningkatkan kepercayaan dan reputasi.
Internet telah membuat dunia tak lagi
berjarak. Kehadirannya mengubah cara konsumen atau pelanggan memanfaatkan
media. Kondisi ini membuka pemahaman baru bagi kalangan bisnis dan praktisi
public relation untuk menemukan kembali cara mengelola dan memelihara reputasi
melalui pendekatan yang dinamakan sebagai cyber-PR. Dengan adanya teknologi
internet, maka menghadirkan media dengan platform lain yaitu media online,
karena itu para praktisi PR dihadapkan dengan tantangan bagaimana memanfaatkan
media interaktif ini.
Citra perusahaan merupakan kesan psikologis dan gambaran
dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang
berdasarkan pengetahuan, tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah
diterimanya.
Penilaian tertentu terhadap citra perusahaan oleh
publiknya bisa berbentuk citra baik, sedang dan buruk.
Terlepas dari perbedaan atau persamaan pengertian
untuk berbagai istilah yang digunakan dalam bisnis internasional, terdapat lima tahapan evolusi perusahaan
dalam dalam operasi internasional, mulai dari perusahaan domestik,
internasional, multinasional, global sampai transnasional. Perbedaan dalam
tahap-tahap ini terletak dalam strategi, cara memandang dunia, orientasi, dan
praktik perusahaan yang beroperasi di lebih dari satu negara.
1.
Tahap Pertama : Perusahaan Domestik
2.
Tahap Kedua : Perusahaan Internasional
3.
Tahap Ketiga : Perusahaan Multinasional
4.
Tahap Keempat : Perusahaan Global
5.
Tahap Kelima : Perusahaan Transnasional
Siklus hidup produk adalah suatu konsep penting
yang memberikan pemahaman tentang dinamika kompetitif suatu produk. Seperti
halnya dengan manusia, suatu produk juga memiliki siklus atau daur hidup.
Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini yaitu suatu grafik yang
menggambarkan riwayat produk sejak diperkenalkan ke pasar sampai dengan ditarik
dari pasar . Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ini merupakan konsep yang
penting dalam pemasaran karena memberikan pemahaman yang mendalam mengenai
dinamika bersaing suatu produk. Konsep ini dipopulerkan oleh levitt (1978) yang
kemudian penggunaannya dikembangkan dan diperluas oleh para ahli lainnya.
Ada berbagai pendapatan mengenai tahap – tahap yang
ada dalam Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) suatu produk. Ada yang
menggolongkannya menjadi introduction, growth, maturity, decline dan
termination. Sementara itu ada pula yang menyatakan bahwa keseluruhan tahap –
tahap Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) terdiri dari introduction
(pioneering), rapid growth (market acceptance), slow growth (turbulance),
maturity (saturation), dan decline (obsolescence). Meskipun demikian pada
umumnya yang digunakan adalah penggolongan ke dalam empat tahap, yaitu
introduction, growth, maturity dan decline.
Menurut Basu Swastha (1984:127-132), daur hidup
produk itu di bagi menjadi empat tahap, yaitu :
1. Tahap perkenalan (introduction).
pada tahap ini, barang mulai dipasarkan dalam
jumlah yang besar walaupun volume penjualannya belum tinggi. Barang yang di
jual umumnya barang baru (betul-betul baru) Karena masih berada pada tahap
permulaan, biasanya ongkos yang dikeluarkan tinggi terutama biaya periklanan.
Promosi yang dilakukan memang harus agfesif dan menitikberatkan pada merek
penjual. Di samping itu distribusi barang tersebut masih terbatas dan laba yang
diperoleh masih rendah.
2. Tahap pertumbuhan (growth).
Dalam tahap pertumbuhan ini, penjualan dan laba
akan meningkat dengan cepat. Karena permintaan sudah sangat meningkat dan
masyarakat sudah mengenal barang bersangkutan, maka usaha promosi yang
dilakukan oleh perusahaan tidak seagresif tahap sebelumnya. Di sini pesaing
sudah mulai memasuki pasar sehingga persaingan menjadi lebih ketat. Cara lain
yang dapat dilakukan untuk memperluas dan meningkatkan distribusinya adalah dengan
menurunkan harga jualnya.
3. Tahap kedewasaan (maturity)
Pada tahap kedewasaan ini kita dapat melihat bahwa
penjualan masih meningkat dan pada tahap berikutnya tetap. Dalam tahap ini,
laba produsen maupun laba pengecer mulai turun. Persaingan harga menjadi sangat
tajam sehingga perusahaan perlu memperkenalkan produknya dengan model yang
baru. Pada tahap kedewasaan ini, usaha periklanan biasanya mulai ditingkatkan
lagi untuk menghadapi persaingan.
4. Tahap kemunduran (decline)
Hampir semua jenis barang yang dihasilkan oleh
perusahaan selalu mengalami kekunoan atau keusangan dan harus di ganti dengan
barang yang baru. Dalam tahap ini, barang baru harus sudah dipasarkan untuk
menggantikan barang lama yang sudah kuno. Meskipun jumlah pesaing sudah berkurang
tetapi pengawasan biaya menjadi sangat penting karena permintaan sudah jauh
menurun.Apabila barang yang lama tidak segera ditinggalkan tanpa mengganti
dengan barang baru, maka perusahaan hanya dapat beroperasi pada pasar tertentu
yang sangat terbatas' Altematif-alternatif yang dapat dilakukan oleh manajemen
pada saat penjualan menurun antara lain:
a. Memperbarui barang (dalam arti fungsinya).
b. Meninjau kembali dan memperbaiki progrcm
pemasaran serta program produksiny a agar lebih efisien.
c. Menghilangkan ukuran, warna, dan model yang
kurang baik.
d. Menghilangkan sebagian jenis barang untuk
mencapai laba optimum pada barang yang sudah ada.
e. Meninggalkan sama sekali barang tersebut.
Citra baik bukanlah suatu benda mati. Ia tergantung
pada kepda “frame of reference” atau persepsi atau pula yang disebut faktor
mediator dari masing – masing orang terhadap perbuatan sebagai alat
penggantang. Karena persepsi berbeda, maka penafsiran juga akan berbeda tentang
perbuatan seseorang dan organisasi. Lalu timbullah konflik yang ingin
dipecahkan, maka dengan ini adanya hubungan masyarakat (public relation)
ataukah propaganda, diberi tugas untuk menyelesaikan permasalahan. Sebut saja
sebagai Humas, berfungsi lebih daripada publlikasi dalam sebuah organisasi.
Humas ialah satu usaha komunikasi yang sesuai untuk menjalinkan keharmonisan
hubungan diantara publik dan badan/perusahaan organisasi. Tetapi tidak
dipungkiri bahwa publikasi ialah salah satu strategi yang digunakan oleh
organisasi untuk mencapai objektif hubungan masyarakat.
Strategi komunikasi adalah perencanaan dan
manajemen cara berkomunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berhasil
tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif, banyak ditentukan oleh strategi
komunikasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai
peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya.
Fungsi Public Relations dasarnya adalah sebagai
penghubung komunikasi antara publik dengan perusahaan/organisasi, serta
membangun relasi kepada khalayaknya dengan tujuan terbangunnya citra yang baik
terhadap suatu perusahaan/organisasi dengan menggunakan segala media yang
dianggap sesuai dengan khalayaknya dalam menyampaikan informasi atau pesan yang
akan dituju. Dalam hal ini e-pr adalah satu terobosan dari dunia teknologi yang
membuat media baru dalam penyebaran dan melakukan informasi secara efektif dan efisien
menggunakan internet. PR harus dapat melihat karakteristik perusahaan dan
karakteristik khalayak, juga pesan dan hasil yang ingin dicapai, setelah itu
barulah dapat memilih yang mana yang lebih cocok dalam pelaksanaan
program–program tersebut. Public Relations Konvensional atau Cyber Public
Relations (e-PR).
kegiatan yang dilakukan oleh E-PR dan PR
Konvensional adalah sama yaitu sama-sama mengkomunikasikan dan menyebarluaskan
informasi dari suatu perusahaan kepada public, hanya saja yang membedakannya
adalah sarana yang dipakai oleh E-PR dan PR konvensional.